Seperti angin padaku sang awan. Engkau tuntun aku tuk
jelajahi setiap khatulistiwa cerita. Lalu engkau jatuhkan aku di hulu dimana
aku tengah semangat dan hanyut dalam manis tentangmu. Lalu engkau ceria sendiri
diatas sana. Sedangkan aku di bawahmu yang kini hanya sebentuk air yang hanya
bisa ikuti kemana jalur sungai membawaku, aku hanya diam kembali tanpamu. Lalu
ketika aku tenang dimuara kesunyian lalu kemudian sang waktu mengangkatku dari
dasar keterpurukanku. Engkau bawa lagi aku dan perlakukan aku laksana engkau
perlakukan aku sebelumnya.
Wahai engkau yang kubina dan terbina hati selama ini. Perhatikan kaki dan tanganku ini. Kakiku gemeretak. Tanganku lemas namun tak henti menengadah. Dan taukah ucap hati yang selama ini menggaum tak henti disepanjang deritaku. Perhatikan hatiku. Balas lah prasa hatiku. Karna tiada engkau tau bagaimana beratnya ku bina rasa hati ini tanpamu. Dan entah kapan engkau mengerti tentang segala mauku. Mau hatiku.
Wahai engkau yang kubina dan terbina hati selama ini. Perhatikan kaki dan tanganku ini. Kakiku gemeretak. Tanganku lemas namun tak henti menengadah. Dan taukah ucap hati yang selama ini menggaum tak henti disepanjang deritaku. Perhatikan hatiku. Balas lah prasa hatiku. Karna tiada engkau tau bagaimana beratnya ku bina rasa hati ini tanpamu. Dan entah kapan engkau mengerti tentang segala mauku. Mau hatiku.