Sunday, November 3, 2013

Mencakar Air Beriak

  Bantaran tetap indah harap gapai pesisir begawan. Ngarai-ngarai subur penuh impian musim semi. Tandus lah mentari tiba. Cuaca hari ini seperti ingin permainkan diri. Serumit itulah seluruh perasaan dalam hati. Tiada luka terasa. Namun pedih kian tunjukan menjelma.
  Tiada kah engkau tau wahai engkau pemilik hati yang tengah digandrungi hatiku. Segenap harapku selalu berdiri didekatmu. Namun apa yang engkau lakukan padaku. Kesedihan memurungkan pandanganku terhadap masa indah tentangmu. Laksana mencakar air beriak.
Tiada aku bisa berontak tentang keadaanku. Percuma. Sia-sia. Alhasil aku terkukung mati dalam cerita takdir yg tak bisa kupahami segalanya. Slalu aku tersenyum namun entah kapan sejatinya senyum ini bisa bebas tercipta. Entah lah... 
  Wahai engkau yang tercinta. Tak usah menatapku sendu. Aku akan tetap aku baik bersama senyumku. Aku berusaha untuk itu. Aku tetap disini. Menahan sedih. Tak apa tiada peduli. Tetap aku bertahan diatas cerita takdir. Aku yang kini entah kini bagaimana terhadapmu yang cantik. Aku kaku dalam kemurungan hati tak dipihaki indah hari ini.
Disqus Comments